Beberapa kata dari bahasa Jawa mungkin tidak asing terdengar di telinga kita, seperti doyang, sungkan, ndeso, dan lain-lain. Awalnya, kita merasa akrab dengan bahasa Jawa. Padahal, banyak fakta-fakta bahasa Jawa yang belum kita ketahui. Bahkan, orang Jawa sendiri pun tidak banyak yang mengetahuinya.
• Bahasa Jawa dituturkan oleh lebih dari 70 juta jiwa. Dengan begitu, bahasa Jawa merupakan bahasa kedua yang paling banyak digunakan di Indonesia, dan ke-14 yang paling banyak digunakan di dunia.
• Terdapat tiga dialek bahasa jawa yaitu kelompok Barat, Tengah (Mataraman), dan Timur. Bahasa Jawa kelompok barat banyak dipengaruhi oleh bahasa sunda. Bahasa Jawa kelompok tengah merupakan bahasa jawa yang halus dan standar. Bahasa Jawa kelompok Timur banyak dipengaruhi oleh bahasa Madura.
• Bahasa Jawa diajarkan di bangku sekolah di Jawa dan digunakan di media lokal baik media cetak maupun elektronik. Beberapa program di televisi dan radio menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan.
• Bahasa Jawa merupakan bahasa agglutinative, yaitu bahasa yang memiliki imbuhan pada kata untuk menyatakan jumlah, tujuan, sifat, dan sebagainya. Misalnya: ngecat yang berarti melakukan pemolesan menggunakan cat.
• Bahasa Jawa kaya akan kata ganti dan kata kerja dikarenakan terdapat bahasa Jawa ngoko, krama, dan krama inggil. Misal, untuk kata ganti orang kedua, kita bisa menggunakan kowe, sampeyan, dan panjenengan tergantung pada siapa kata ganti ini ditujukan.
• Saat mempelajari bahasa Jawa, jangan heran jika merasa seperti mempelajari tiga bahasa sekaligus. Hal ini dikarenakan ada tiga tingkatan bahasa di Bahasa Jawa seperti yang telah disebutkan di atas, ngoko, krama, dan krama inggil. Bahasa ngoko digunakan untuk berbicara pada teman sebaya dan orang yang lebih muda. Krama digunakan untuk berbicara pada orang yang sedikit lebih tua dari kita. Sedangkan krama inggil digunakan untuk berbicara pada orang yang jauh lebih tua atau orang yang memiliki status lebih tinggi daripada kita.
• Pada awalnya, bahasa Jawa ditulis dalam huruf kawi. Huruf kawi digunakan juga di Bali dan Lombok. Namun kemudian huruf tersebut bergeser menjadi Aksara Jawa dan hanya digunakan di Jawa. Pada masa penjajahan Belanda, mereka memperkenalkan huruf latin pada penduduk setempat. Mulai saat itu, bahasa Jawa ditulis menggunakan huruf latin.