Bahasa menjadi kebutuhan penting untuk manusia seperti makanan dan air. Setiap orang berkomunikasi, membangun hubungan, atau menciptakan seni melalui Bahasa. Di dalam otak, bahasa telah bermanifestasi seolah menjadi sorotan.
Bisa dikatakan bahwa kita semua dilahirkan dalam suatu bahasa yang biasa kita menyebut dengan Bahasa Ibu. Namun, ketika kita tumbuh, kita menemukan bahasa-bahasa baru yang membawa serta potensi untuk membuka pengalaman yang berbeda. Misalnya, Bahasa Inggris.
Bahasa adalah topik yang kompleks, terjalin dengan masalah identitas, retorika, dan seni. Seperti kata penulis Jhumpa Lahiri dalam novel The Lowlands. “Bahasa, identitas, tempat, rumah adalah satu kesatuan elemen kepemilikan”. Artinya, dimana kamu lahir maka bahasa itulah yang akan kamu kuasai.
Alasan Bahasa Manusia Itu Istimewa
Entah sejak kapan nenek moyang kita pertama kali mengembangkan bahasa lisan sehingga ada “pusat bahasa” di dalam otak kita. Kemudian, kehadiran bahasa-bahasa baru membuat kehidupan kita menjadi berbeda.
Bahasa manusia merupakan fenomena yang cukup unik, kata Profesor Mark Pagel di School of Biological Sciences di University of Reading Inggris. Setiap makhluk hidup tidak hanya manusia tentu memiliki kode untuk berkomunikasi. Contohnya, menunjukkan keinginan, adanya bahaya, dan informasi lain.
Namun, bahasa pada diri manusia memiliki dua ciri khas. Diantaranya adalah bahasa itu komposisional yang memungkinkan pembicara untuk mengekspresikan kalimat yang terdiri dari subjek, predikat, atau objek. Tetapi ada pula bahasa sebagai referensi. Dimana, pembicara menggunakannya untuk bertukar informasi spesifik satu sama lain tentang orang atau objek dan lokasi atau apa yang mereka lakukan.
Asal dan Pentingnya Bahasa
Manusia adalah Homo Sapiens yang memiliki alat biologis untuk mengucapkan konstruksi kompleks dan membentuk bahasa, alat vokal, dan struktur otak yang kompleks dan cukup berkembang untuk menciptakan beragam kosa kata dan seperangkat aturan ketat tentang cara menggunakannya.
Tidak ada yang tahu kapan nenek moyang mengembangkan bahasa lisan. Ada yang mengatakan 150.000-200.000 tahun lalu, ada pula yang mengatakan mungkin bahasa sudah berumur lebih tua dari apa yang kita perkirakan.
Namun yang jelas, bahasa adalah anugerah. Berkat hal itu manusia bisa mengkomunikasikan ide-ide kompleks. Manusia juga bisa beradaptasi dengan budaya, memperoleh pengetahuan, memproduksi alat, tempat berlindung, pakaian, dan barang-barang lainnya untuk bertahan hidup di habitat yang beragam.
“Memiliki bahasa membuat manusia punya kode untuk mengirimkan informasi ke antar generasi. Banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari bahasa untuk kehidupan kita sehari-hari,” kata Prof Mark Pagel.
Letak Bahasa di Otak
Otak memiliki dua pusat bahasa yang terletak di sisi kiri otak. Area itu adalah Broca dan Wenicke. Borca bertugas mengarahkan proses yang mengarah pada ucapan dan Wernicke memiliki peran untuk memecahkan sandi atau ucapan.
Apabila seseorang mengalami cedera yang mengakibatkan kerusakan, maka akan mengganggu kemampuannya untuk berbicara dan memahami apa yang dikatakan. Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa apabila kita mempelajari lebih banyak bahasa maka otak akan meningkatkan ukuran dan menyediakan pusat bahasa baru di dalam otak.
Sebuah studi oleh para peneliti dari Lund University di Swedia menemukan bahwa siswa bahasa yang berkomitmen mengalami pertumbuhan di hippocampus, sebuah wilayah otak yang terkait dengan pembelajaran dan navigasi special, korteks serebral, atau lapisan terluar otak.
Selain itu, sebuah penelitian yang sebelumnya diliput oleh Medical News Today menemukan bukti yang menunjukkan bahwa semakin banyak bahasa yang kita pelajari, terutama selama masa kanak-kanak, semakin mudah otak kita menemukannya untuk memproses dan menyimpan informasi baru.
Tampaknya pembelajaran bahasa meningkatkan potensi sel otak untuk membentuk koneksi baru dengan cepat.
Efek Bilingualisme
Faktanya, multibahasa erat kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan otak. Berbagai penelitian, misalnya, telah menemukan bahwa bilingualisme dapat melindungi otak dari penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya.
Studi lain, temuan yang muncul tahun lalu di jurnal Neuropsychologia, juga menjelaskan mengapa bilingualisme dapat melindungi dari penurunan kognitif. Para penulis menjelaskan bahwa ini mungkin karena berbicara dua bahasa membantu mengembangkan lobus temporal medial otak, yang memainkan peran kunci dalam membentuk ingatan baru, dan meningkatkan ketebalan kortikal dan kepadatan materi abu-abu, yang sebagian besar terbuat dari neuron.
Menjadi bilingual juga memiliki manfaat lain, seperti melatih otak untuk memproses informasi secara efisien sambil hanya mengeluarkan sumber daya yang diperlukan untuk tugas yang ada.
“Para peneliti dari Université de Montréal di Kanada telah menemukan bahwa “bilingual menjadi ahli dalam memilih informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang dapat mengalihkan perhatian dari suatu tugas,” catat penulis studi senior Prof. Ana Inés Ansaldo.